DAMPAK TOL LAUT TERHADAP PEMBANGUNAN EKONOMI KEPRI

Jhon Kennedy Aritonang, superior Panbil Group, pembangunan ekonomi Kepri melalui inovasi baru. (Foto: Nila)
Keprinews.com, Batam Memiliki beberapa gugusan pulau dan berdekatan  dengan negara tetangga, Malasya dan Singapura. Kota Batam memiliki berbagai potensi pertumbuhan ekonomi di momen Ex Officio. Tak bisa dipungkiri angka pertumbuhan ekonomi Kota Batam, stagnan. Melihat letak Kota Batam yang strategis, geliat pertumbuhan ekonomi dapat dipacu melalui pembangunan infrastruktur, salah satunya infrastruktur jalan tol laut.
Jhon Kennedy Aritonang, Presiden Direktur PT. Panbil Industrial Estate mengatakan, melihat potensi beberapa pulau di Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), perluasan infrastruktur jalan, seperti jalur laut harus dipercepat. Sehingga pulau-pulau yang memiliki prospek ekonomi cerah tidak hanya dilalui jalur laut dan jalur udara, tetapi dengan jalur darat.
Menurut Jhon Kennedy, pembangunan tol laut Batam - Tanjungpinang - Bintan, akan memberikan dampak positif untuk ke tiga daerah. Selain mempercepat dan memperlancar  waktu tempuh antar kota juga akan membawa dampak signifikan pada tumbuhnya kegiatan-kegiatan ekonomi baru. Baik di Kota Batam, Tanjungpinang dan Bintan.
Mendorong pertumbuhan ekonomi di Kepulauan Riau, tidak sekadar membangun infrastruktur jalan laut. Namun, Jhon Kennedy berharap di era kebijakan Ex Officio di Batam, pemerintah kota, pemerintah provinsi dan pemerintah pusat bisa bersinergi menyiapkan fasilitas-fasilitas publik untuk menunjang serta mendorong aktivitas perekonomian masyarakat. “Tentunya infrastruktur yang sesuai dengan wilayahnya, karena infrastruktur yang dibutuhkan kota industri berbeda dengan pesisir dan pertanian,” kata Jhon Kennedy.
Melalui kebijakan Ex Officio, Jhon Kennedy berharap daya saing Batam bisa ditingkatkan kembali. Jhon Kennedy meyakini, pemerintah daerah dan pelaku usaha mampu menciptakan inovasi baru tersebut untuk memberdayasaingkan modal yang sudah dimiliki masing-masing ke tiga daerah tersebut.
Salah satunya dengan percepatan pembangunan infrastruktur tol laut Batam – Bintan – Tanjungpinang. Ditanya mengapa harus infrastruktur tol laut Batam – Bintan – Tanjungpinang sebagai pendorong pembangunan ekonomi? Jhon Kennedy mengatakan, hijrahnya beberapa investor ke Kendal dikarenakan tingginya uang sektoril. Sementara kondisi di Batam, produktivitas tetap sama, tetapi upah minimum kota (UMK) saban waktu mengalami kenaikan.
Dengan dibangunnya tol laut Batam – Bintan – Tanjungpinang, kata Jhon Kennedy, infrastruktur tersebut akan menjadi lokomotif baru untuk menggerakkan ekonomi. Bukan di sektor industri saja, tetapi di lini sektor. Seperti akan menggeliatnya jasa transportasi, terciptanya lapangan kerja, efektifnya pelabuhan atau terminal dan hidupnya usaha miko kecil dan menengah di tengah masyarakat. Selain itu, menurut Jhon Kennedy infrastruktur tol laut akan memungkinkan harga barang dan jasa  lebih murah. Sehingga akan menciptakan iklim investasi yang sehat.
Besaran UMK di tiga daerah akan lebih bervariatif. “Jika tol laut Batam, Bintan, Tanjungpinang terbangun, akan ada tiga UMK. UMK Batam, UMK Bintan dan UMK Tanjungpinang. Jadi kita tidak didominasi lagi oleh satu berbanding tiga juta setengah. Selama ini produktivitas tetap sama tetapi UMK naik,” kata Jhon Kennedy. Pasalnya, tingginya UMK di Batam, membuat beberapa investor dari Singapura beralih ke daerah lain, Kendal.
Keberadaan tol laut akan mempengaharui kegiatan produksi dengan eksesibilitas kemudahan yang lebih produktif. Para pencari kerja bisa memilih dari salah satu daerah tersebut sebagai tempat tujuan bekerja. Penduduk yang selama ini merasa tertinggal, tidak lagi memilih Kota Batam sebagai tempat tujuan mencari pekerjaan.
Alih – alih karena Kota Batam memiliki fasilitas infrastruktur yang lebih memadai, dengan biaya hidup yang mahal. Interaksi antar penduduk dengan tingkat pertumbuhannya, dengan sendirinya juga akan semakin mudah dengan dukungan tranportasi tol laut.
Selain itu eksesibilitas masyarakat dan turis untuk berkunjung ke tiga daerah dengan waktu yang relatif singkat akan semakin mudah. “Turis tidak merasa di Tanjungpinang saja, atau di Batam saja. Tetapi perjalanan wisata meraka akan terasa komplit dengan fasilitas tol laut,” kata Jhon Kennedy.
Jhon Kennedy menyadari bahwa kebutuhan setiap orang berbeda-beda sesuai dengan kondisi wilayahnya. Penduduk Batam, di sela-sela waktunya ingin menikmati pemandangan alam eksotik yang disediakan Bintan atau pun Tanjungpinang. Sebaliknya, warga di Tanjungpinang dan Bintan, ingin menikmati suasana keramaian dan berbelanja ke Batam. Dengan terbangunnya tol laut, penduduk dari daerah yang berbeda saling melengkapi sesuai dengan kebutuhannya. Kondisi ini akan membuat perputaran ekonomi berjalan.
Oleh karena itu, Jhon Kennedy berharap agar pemerintah daerah memberikan perhatian serius untuk percepatan pembangunan tol laut. Sebagai pengusaha, ia siap bekerjasama dengan pemerintah daerah untuk melakukan konsolidasi kepada semua pihak, agar pembangunan tol laut Batam – Bintan – Tanjungpinang, dapat terealisasi secepatnya.
Menyoal tentang modal pembangunan tol laut, Jhon Kennedy tidak menampik jika pembangunan infrastruktur tersebut membutuhkan modal besar. Namun ia optimis, dengan potensi ekonomi dan sosial budaya yang dimiliki Batam, Bintan dan Tanjungpinang pertumbuhan ekonomi akan semakin meningkat.

Menghadapi kendala pembangunan tol laut, Jhon Kennedy mengatakan, perlu dorongan yang kuat dari pemerintah. Sebab, jika pihak swasta menangani pembangunan tersebut, tol laut akan berbayar. “Karena swasta gak ada yang gratis, kami memakai uang bank, mengembalikan uang bank, bayar bunganya dan sebagainya,” kata Jhon Kennedy.
Pembangunan tol laut, kata Jhon Kennedy sebaiknya diatur dan dilakukan oleh pemerintah. Paling tidak investasi negara dengan investasi swasta akan saling menopang. Namun, jika pemerintah membutuhkan modal, Jhon Kennedy sebagai pelaku ekonomi swasta bersama pelaku ekonomi lainnya, siap membantu permodalan. “Kalau pemerintah perlu pinjaman, kita bisa memberikan pinjaman,” kata Jhon Kennedy.
Jumlah penduduk dan angka pengunjung ke Bintan, Batam dan Tanjungpinang selalu menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun, sehingga potensi pemerintah dirugikan, kecil. Untuk meningkatkan taraf hidup ke tiga daerah tersebut, kata Jhon Kennedy, pembangunan tol laut, mutlak dilakukan secepat mungkin. “Dengan menyiapkan infrastruktur, pemerintah telah mendorong taraf hidup masyarakat ke tiga daerah dalam jangka panjang melalui eksesibilitas tadi. Ini menjadi efektif ketika fungsi ekonomi dijalankan,” kata Jhon Kennedy.
Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi tersebut, pemerintah harus melakukan inovasi baru. Dengan inovasi yang dimiliki Kepri, penguatan konsolidasi seperti yang diwacanakan Presiden Jokowi harus dijalin. “Harus ada hubungan istimewa antara presiden dengan ex officio,” kata Jhon Kennedy. Melalui konsolidasi, pemerintah daerah dapat menyampaikan laporan periodik terkait masalah yang dihadapi. Hingga penguatan konsolidasi tersebut memberikan dampak positif terhadap upaya pemerintah daerah untuk menjadikan Kepri sama dengan Sijori (Singapura – Johor – Riau).
Berbeda dengan Singapura dan Johor, Batam ( Riau, kala itu) justru tertinggal. Tidak adanya inovasi selama sepuluh tahun membuat Batam tertinggal. Hal tersebut memperburuk daya saing karena tidak melakukan inovasi seperti yang dilakukan Singapura dan Johor. Diharapkan, melalui infrastruktur yang tersedia seperti tol laut akan meningkatkan daya tarik investasi dan komersil. “Melalui ex officio ini, dalam jangka menengah kita memperbaiki daya saing kita, sehingga keinginan kita menjajarkan Sijori tercapai. Kita harus melangkah secara strategis dan taktis melalui momen-momen baru,” kata Jhon Kennedy. (Nila)
Editor:red

Subscribe to receive free email updates:

DUKUNGAN TERHADAP PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA Proklamasi kemerdekaan Indonesia merupakan puncak dari semua perjuangan bangsa Indonesia. Proklamasi kemerdekaan mendapatkan sambutan yang luar biasa dan dukungan yang spontan dari segenap penjuru tanah air. Dinding-dinding rumah dan bangunan, pagar-pagar tembok, gerbong-gerbong kereta api, dan apa saja, penuh dengan tulisan merah “MERDEKA ATAU MATI.” Juga tulisan “SEKALI MERDEKA TETAP MERDEKA.” Maklumat Pemerintah tanggal 31 Agustus 1945 telah menetapkan Pekik Perjuangan “MERDEKA”sebagai salam nasional yang berlaku mulai tanggal 1 September 1945. Caranya dengan mengangkat tangan setinggi bahu, telapak tangan menghadap ke muka, dan bersamaan dengan itu memekikkan “Merdeka”. Pekik “Merdeka” menggema di mana-mana di seluruh wilayah Indonesia.KEPRINEWS.COM-MEDIA AKTUAL DAN TERPERCAYA