BATAM — Kota Batam kembali mencatatkan prestasi gemilang sebagai magnet investasi nasional. Selama triwulan II tahun 2025, realisasi investasi di Batam mencapai Rp9,6 triliun. Angka ini tumbuh 11 persen dibanding triwulan sebelumnya dan melesat 97 persen dari periode yang sama tahun lalu.
Capaian ini disampaikan Kepala BP Batam sekaligus Wali Kota Batam, Amsakar Achmad, saat tampil dalam program Kabar Siang di TV One Jakarta, Kamis (7/8).
“Angka ini adalah sinyal kuat kepercayaan pasar terhadap Batam, dan tentu berdampak positif bagi perekonomian nasional,” ujar Amsakar.
Dari total investasi tersebut, Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) menyumbang Rp3,88 triliun atau 40,6 persen. Investor lokal kini mulai masuk ke sektor-sektor strategis seperti logistik, pengemasan, dan energi bersih.
Amsakar menjelaskan, sejak awal Batam memang dirancang sebagai kawasan perdagangan dan pelabuhan bebas. Letaknya yang strategis dekat dengan Singapura dan Malaysia serta berada di jalur pelayaran tersibuk kedua di dunia, Selat Malaka menjadi daya tarik tersendiri.
“Daya tarik Batam ada pada tiga hal utama: fasilitas Free Trade Zone, lokasi strategis, dan berbagai insentif yang ditawarkan pemerintah,” jelasnya.
Beberapa insentif yang diberikan antara lain pembebasan bea masuk, PPN, dan PPnBM. Pemerintah juga menyediakan fasilitas tax holiday, tax allowance, serta kemudahan proses perizinan. Tata kelola lahan pun dirancang agar investor mudah mengakses lokasi usaha.
Sektor manufaktur masih menjadi tulang punggung perekonomian Batam. Industri ini menyumbang sekitar 56–60 persen dari PDRB Batam, melalui 31 kawasan industri aktif.
Di bidang maritim, Batam merupakan pusat galangan kapal terbesar di Indonesia, dengan lebih dari 130 shipyard.
Tak hanya itu, sektor energi baru terbarukan turut dikembangkan, termasuk proyek PLTS di dua waduk besar. Di sisi lain, sektor digital tumbuh pesat lewat KEK Nongsa Digital Park, yang menjadi pusat data dan pengembangan kecerdasan buatan (AI).
Perusahaan teknologi global seperti Apple juga telah berinvestasi di kawasan Tunas 2, dan diharapkan memicu kehadiran lebih banyak investor teknologi lainnya.
Sektor strategis lainnya adalah pengembangan Batam sebagai pusat hub logistik internasional, memperkuat peran kota ini dalam jaringan distribusi regional.
“Sekarang kita selektif. Investasi yang masuk harus berkualitas dan berbasis teknologi tinggi,” tegas Amsakar.
Pemerintah pusat juga memperkuat ekosistem investasi melalui dua regulasi baru, yakni PP Nomor 25 Tahun 2025 tentang pelayanan perizinan di kawasan perdagangan dan pelabuhan bebas, dan PP Nomor 28 Tahun 2025 tentang pelayanan perizinan berbasis risiko.
Dua regulasi tersebut diyakini akan memangkas birokrasi dan mempercepat pelayanan.
“Semua bisa dipantau secara real-time. Di kantor saya ada dashboard pelayanan investasi yang saya cek setiap hari. Kalau ada permohonan yang belum selesai, saya langsung tindak,” ujarnya.
Untuk memperluas promosi, BP Batam kini melibatkan Duta Investasi dari kalangan influencer, kreator konten, dan profesional muda. Mereka berperan membangun komunikasi dengan calon investor, baik dalam maupun luar negeri.
“Pesan Presiden jelas: jadikan Batam magnet investasi global. Itu jadi pegangan kami,” tambah Amsakar.
Menutup penyampaiannya, ia optimistis bahwa strategi yang dijalankan akan membawa Batam menjadi kawasan ekonomi unggulan, tidak hanya di tingkat nasional, tapi juga internasional.
“Batam sedang bertransformasi. Mari kita jadikan kota ini rumah bagi masa depan investasi Indonesia,” pungkasnya.(*)