FKJI GELAR DISKUSI PEMILIH CERDAS JANGAN GOLPUT DENGAN SURYA MAKMUR

Diskusi Pemilih Cerdas Jangan Golput di Lim Kopi bersama Surya Makmur anggota DPRD Kepri (Foto; Nila)
Keprinews.com, Batam - Forum Komunikasi Jurnalis Indonesia (FKJI) menggelar diskusi bersama tokoh pers, Surya Makmur Nasution di Lim Kopi Batam Centre, Sabtu 23 Maret 2019. Menilik pelaksanaan pemilihan umum 2019 tinggal hitungan hari, diskusi dengan tema Jadilah Pemilih Cerdas Jangan Golput menjadi perbincangan hangat.

Masyarakat memilih Golput menjadi sikap yang tidak bisa dihindari. Beberapa faktor membuat seseorang tidak mempergunakan hak pilihnya karena yang akan dipilih masih muka lama. Adanya pandangan bahwa pemilihan umum bukanlah hal yang penting. Selain itu golput menjadi aksi penolakan kecil yang dilakukan seorang pemilih, ketika orang yang pernah dipilihnya jauh dari yang diharapkan.

Di satu sisi, pemilih dihadapkan pada sikap antusias dan apatis pada pemilu. Namun sikap ingin tahu siapa yang akan terpilih, justru sangat tinggi. Rasa ingin tahu lewat melalui media sosial, media online maupun dari media televisi belum menjadi dasar untuk menggunakan haknya. Oleh karena itu, golongan putih atau golput sesuatu yang tidak mudah untuk dihapuskan.

“Masyarakat ingin pergantian, namun tidak mungkin mendukung dengan cara yang tidak demokratis,” kata Surya. Pasalnya pergantian pemimpin di negara Indonesia harus melalui pemilu. Sebab sikap tidak memilih justru merugikan negara.

Menyoal golput, Surya mengatakan sudah ada sejak lama. Bahkan di Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) pun ditemukan, seperti di Tanjungpinang. Dikhawatirkan, jika tidak disosialisasikan secara masiv, potensi golput bisa semakin tinggi. Oleh karena itu, perlu partisipasi semua pihak dan stakeholder untuk menyampaikan pesan bahwa golput justru tidak menunjukkan kredibilitas seorang pemimpin. Sebagai warga negara, selain punya hak untuk memilih juga memiliki kewajiban untuk menyukseskan penyelenggaraan pemilu.

“Kalau partisipasi itu tinggi, artinya kredibilitas dan legitimasi terhadap calon pemimpin yang kita pilih itu semakin kuat,” kata Surya. Kendatipun Komisi Pemilihan Umum (KPU) memiliki ekspektasi 77,5 % pada pemilu 2019, namun sebagai penyelenggara pemilu, KPU tidak bisa hanya menyampaikan melalui media massa, tetapi harus aktif dan mencermati permasalahan yang pelik, seperti golput di tengah – tengah masyarakat.

Surya menyebut, selain peran tokoh adat, agama, LSM, peran jurnalis dan stakeholder lainnya, penting untuk mendorong kesadaran masyarakat dalam menggunakan hak pilihnya. Sebab pemilu 2019 adalah momentum penting untuk melahirkan pemimpin baru dan masa depan untuk Kepri.

Harapan tersebut kata Surya dapat diminilisir dengan hadirnya FKJI di tengah masyarakat Kepri. Melalui informasi yang disampaikan para jurnalis, partisipasi masyarakat untuk menggunakan hak pilihnya semakin tinggi. “Kita harapkan adanya FKJI salah satu jembatan untuk menyampaikan kepada masyarakat agar persoalan golput bisa diatasi. Minimal angkanya di Kepri jangan sampai 50 persen,” kata Surya.

Pada kesempatan itu juga, Surya menyoal pemilih cerdas. Sebagai garda terdepan, partai politik di mata Surya masih kurang memberikan pendidikan politik di tengah masyarakat. “Parpol itu yang memberikan edukasi kepada masyarakat. Yang terjadi bagaimana calon – calon ini merekrut calon pemilihnya. Individu-individu,” kata Surya. Salah satu fungsi partai menurut Surya adalah memberikan edukasi kepada masyarakat, seperti mengkampanyekan, bagaimana pemilih itu tidak menggunakan uang. Ia mengatakan transaksi uang, memberikan sembako adalah cara yang tidak baik untuk mendidik masyarakat.

“Semua calon harusnya melalui partai politik, hal-hal yang berbau transaksi harus kita cegah, agar masyarakat lebih cerdas. Karena penggiringan yang akan terjadi,” kata Surya. Selain itu pemilih harus lebih aktif mencari informasi calon yang akan dipilih. Pemilih harus mengenal calon yang akan dipilih sebelum menentukan pilihan baik melalui media sosial, media cetak, online atau media massa lainnya.

Surya menambahkan Pemilu 2019 akan terlaksana dengan baik dan bermartabat jika didukung jurnalis. Lewat informasi yang edukatif, pemilu yang demokratis diharapkan dapat berjalan. Setidaknya angka golput bisa ditekan, pemilih dapat menentukan sikap politiknya tanpa ada tekanan, iming-iming pemberian yang akan mempengaruhi pilihan pemilih.

Sementara itu, Ketua FPJI, Andri Sofian mengapresiasi ajakan pemilih cerdas, jangan golput. FPJI yang lahir dari perkumpulan beberapa media, online, surat kabar dan televisi, diharapkan menjadi wadah yang mampu sebagai kekuatan kontrol sosial dengan proses politik yang sedang berlangsung. “Jurnalis harus independen dan mengedepankan fungsi media sebagai pendidikan pemilih,” kata Andri Sofian.

Di masa kontestasi politik, FPJI mendukung upaya untuk memberikan informasi yang edukatif terhadap isu dan fakta yang terjadi di tengah masyarakat, seperti golput adalah salah satu sikap demokrasi yang kurang baik dan tidak menggunakan hak suaranya karena dimingi sesuatu. (Nila)

Editor: red

Subscribe to receive free email updates:

DUKUNGAN TERHADAP PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA Proklamasi kemerdekaan Indonesia merupakan puncak dari semua perjuangan bangsa Indonesia. Proklamasi kemerdekaan mendapatkan sambutan yang luar biasa dan dukungan yang spontan dari segenap penjuru tanah air. Dinding-dinding rumah dan bangunan, pagar-pagar tembok, gerbong-gerbong kereta api, dan apa saja, penuh dengan tulisan merah “MERDEKA ATAU MATI.” Juga tulisan “SEKALI MERDEKA TETAP MERDEKA.” Maklumat Pemerintah tanggal 31 Agustus 1945 telah menetapkan Pekik Perjuangan “MERDEKA”sebagai salam nasional yang berlaku mulai tanggal 1 September 1945. Caranya dengan mengangkat tangan setinggi bahu, telapak tangan menghadap ke muka, dan bersamaan dengan itu memekikkan “Merdeka”. Pekik “Merdeka” menggema di mana-mana di seluruh wilayah Indonesia.KEPRINEWS.COM-MEDIA AKTUAL DAN TERPERCAYA