Balai PPIKHL Wilayah Sumatera Dan Daops Batam Ajak Media Cegah Karhula

Keprinews.com, Batam – Kebakaran yang melanda sejumlah hutan di Indonesia, menjadi perhatian semua pihak. Dalam kurun waktu berjalan, kebakaran hutan telah memberikan imej buruk terhadap keberlanjutan ekosistem, flora dan fauna, bahkan kesehatan manusia. 

 Israr,Kepala Balai PPIKHL Wilayah Sumatera (foto:Nila)
Selain merusak, udara turut tercemari dan menyebabkan berbagai penyakit seperti gangguan saluran pernapasan atau yang dikenal dengan ISPA, asma, penyakit paru. Asap juga ikut andil menganggu tranportasi penerbangan, karena mempengaharui jarak pandang. 

Bahkan beberapa waktu lalu, Presiden Jokowi mengarahkan kepada pimpinan daerah agar memastikan para pengelola lahan atau kawasan menjaga wilayah kerjanya masing-masing, menyiapkan sarana dan prasarana, personil yang memadai. Kemudian penegakan hukum terhadap para pelaku pembakaran hutan dan lahan, menurut Presiden, harus dilakukan secara tegas, tanpa pandang bulu, baik secara perdata maupun pidana. 

Sebagai bagian dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Balai Pengendalian Perubahan Iklim dan Kebakaran Hutan & Lahan (Balai PPI dan Karhutla) Wilayah Sumatera dan Daerah Operasai (Daops) Batam, turut bertanggungjawab dengan keberlangsungan hutan di Indonesa. Hal itu pula membuat Balai PPIKHL Wilayah Sumatera Dan Daops Batam mengajak masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam mengendalikan kebakaran hutan. 

Dengan menggandeng beberapa media, Balai PPIKHL Wilayah Sumatera Dan Daops Batam memberikan sosialisasi dan pemahaman terhadap masyarakat. Sebelumnya, Israr, Kepala Balai PPIKHL Wilayah Sumatera memaparkan jika penurunan hotspots (titik api) sudah sangat signifikan. Di tahun 2015, kemarau yang berkepanjangan dan fenomena El-Nino telah menyulut kebakaran hutan dan lahan di Indonesia. Total hutan dan lahan yang terbakar hingga mencapai 2.611.411 ha dan hotspots mencapai 21.929 dengan kerugian USD 16 Billion. 

Akibat pengaruh El-Nino, hampir 11 juta hektar hutan dan lahan terbakar di Indonesia, dari tahun 1997-1998. “Di tahun 1982-1983, ada 16 juta ha, hutan tropis terbakar di Provinsi Kalimantan Timur,” kata Israr. Israr menuturkan bahwa pantauan Posko Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan,  berdasarkan satelit NOAA terpantau sembilan hotspot, tiga titik di Jambi dan masing-masing satu titik di Provinsi Kalimantan Barat, Bangka Belitung, Riau, Sulawesi Selatan, Sumatera Barat, dan Sumatera Utara.

Perbandingan jumlah hotspots dari tahun ke tahun kian menurun, di mana pada tahun 2015 data dari NOAA, turun 82,14 % dari 21.929 menjadi 3.915. Sedangkan data dari NASA, turun 94,58% dari 70.971 menjadi 3.844. Sedangkan di tahun 2016, data dari NOAA turun sekitar 40,25% dari 3.915 menjadi 2.339. Sedangkan data dari NASA, turun sekitar 53,17% dari 3.844 menjadi 1.800.

Meskipun kebakaran hutan dan hotspots sudah menurun jauh di tahun 2019, Israr mengajak masyarakat melalui kegiatan patroli yang melibatkan Manggala Agni KLHK, TNI, Polri, Pemda dan masyarakat desa rawan kebakaran. Di mana tim patrol sudah dilakukan sejak tahun 2016 dengan fokus kerja deteksi dini dan sosialisasi penyadartahunan di desa rawan karhutla. “Deteksi dini harus tetap dilakukan. Oleh karena itu perlu melibatkan masyarakat dan semua pihak,” kata Israr. 

Selain itu, ketika memasuki musim kemarau, ia menghimbau masyarakat untuk tidak melakukan pembakaran, baik itu untuk pengolahan lahan atau membuka lahan baru. Masyarakat juga di harapkan tidak sembarangan membuang puntung rokok di semak kering di lokasi hutan. Khusus untuk wilayah Sumatera yang merupakan daerah bergambut. Ia mengatakan api akan cepat merambat, jika udara kecang. Kendati di permukaan, api tampak padam, namun biasanya api akan muncul kembali.

Sementara itu, untuk menangani dan mengetahui perkembangan hutan dan lahan, Balai PPIKHL Wilayah Sumatera telah menyediakan layanan melalai media sosial, seperti facebook balai ppikhl wil sumatra, twiter ppikhlsum, instagram ppikhlsum, layanan WA di nomor 08117899200, email ppikhlsum@gmail.com dan website ppikhlsum.id.(nila)

Subscribe to receive free email updates:

DUKUNGAN TERHADAP PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA Proklamasi kemerdekaan Indonesia merupakan puncak dari semua perjuangan bangsa Indonesia. Proklamasi kemerdekaan mendapatkan sambutan yang luar biasa dan dukungan yang spontan dari segenap penjuru tanah air. Dinding-dinding rumah dan bangunan, pagar-pagar tembok, gerbong-gerbong kereta api, dan apa saja, penuh dengan tulisan merah “MERDEKA ATAU MATI.” Juga tulisan “SEKALI MERDEKA TETAP MERDEKA.” Maklumat Pemerintah tanggal 31 Agustus 1945 telah menetapkan Pekik Perjuangan “MERDEKA”sebagai salam nasional yang berlaku mulai tanggal 1 September 1945. Caranya dengan mengangkat tangan setinggi bahu, telapak tangan menghadap ke muka, dan bersamaan dengan itu memekikkan “Merdeka”. Pekik “Merdeka” menggema di mana-mana di seluruh wilayah Indonesia.KEPRINEWS.COM-MEDIA AKTUAL DAN TERPERCAYA