Panggung Kenduri Seni Melayu (KSM) ke-26 yang digelar di pelataran Harbour Bay (ist)
Keprinews, BATAM — Suasana hangat menyelimuti panggung Kenduri Seni Melayu (KSM) ke-26 yang digelar di pelataran Harbour Bay, Batam, Sabtu (17/5/2025) malam. Dalam kemeriahan pertunjukan budaya, satu momen berbeda mencuri perhatian: pembacaan puisi oleh Wali Kota Batam, Amsakar Achmad.
Puisi berjudul "Uwak", karya ciptaan Amsakar sendiri, dibacakan dengan penuh penghayatan. Untaian kata yang mengalir menyentuh, menghadirkan suasana khidmat di tengah riuhnya perayaan. “Uwak, dalam bahasa kami di Kepri berarti bapak. Puisi ini saya dedikasikan untuk semua ayah di dunia atas pengorbanan mereka,” ujar Amsakar dari atas panggung.
Bagi Amsakar, pembacaan puisi bukan sekadar ekspresi seni, tetapi juga bentuk penguatan nilai-nilai budaya Melayu yang melekat erat dalam jati diri masyarakat Batam. Ia menegaskan bahwa seni dan pemerintahan bisa bersinergi dalam menjaga warisan leluhur.
Lebih dari sekadar festival, KSM disebut Amsakar sebagai wadah diplomasi budaya. Tahun ini, sebanyak 368 peserta turut ambil bagian, tidak hanya dari berbagai daerah di Indonesia, tapi juga dari negara-negara serumpun seperti Malaysia, Brunei Darussalam, dan Singapura.
“Gelaran ini mencerminkan komitmen kuat kita dalam melestarikan budaya Melayu. Ini bukan hanya kebanggaan lokal, tapi juga bagian dari kekayaan budaya bangsa,” ucapnya.
Menurut Amsakar, pelestarian budaya bukan hanya tanggung jawab seniman, tetapi juga pemerintah dan seluruh lapisan masyarakat. Ia menilai kekuatan budaya dapat menjadi pendorong sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.
Amsakar menyampaikan optimisme bahwa kegiatan budaya seperti KSM bisa menjadi magnet wisata baru di Batam. “Kalau dikemas lebih kreatif dan dipromosikan dengan baik, event seperti ini bisa mendatangkan ribuan wisatawan,” katanya.
Untuk mendukung hal tersebut, ia juga mengungkap rencana pembangunan panggung seni dan budaya permanen di Gedung Beringin Batam. Fasilitas ini nantinya akan menjadi ruang ekspresi bagi komunitas seni dari berbagai latar belakang yang menetap di kota ini.
“Kami ingin Batam punya ruang budaya yang representatif. Ini bukan sekadar tempat pertunjukan, tapi pusat kebudayaan yang aktif sepanjang tahun,” tutur Amsakar.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Batam, Ardiwinata, menambahkan bahwa KSM tahun ini menjadi satu-satunya event di Kepri yang masuk dalam Kharisma Event Nusantara (KEN), program unggulan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI.
Ia menyebut KSM telah berlangsung konsisten selama 26 tahun tanpa henti, bahkan di masa pandemi. “Meski saat itu kita dalam kondisi terbatas, kami tetap selenggarakan KSM dengan protokol kesehatan. Komitmen ini yang membuatnya terus hidup,” katanya.
Menurut Ardiwinata, pelaksanaan KSM merupakan bagian dari pelestarian 10 Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah (PPKD) Kota Batam. Kegiatan ini juga mendukung program pariwisata unggulan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Batam yang mendorong Batam sebagai destinasi MICE (Meeting, Incentive, Convention, Exhibition).
Ketua Lembaga Adat Melayu (LAM) Kepri Kota Batam, Raja M Amin, mengajak generasi muda untuk tidak melupakan akar budaya. Ia mengingatkan pentingnya ruang ekspresi seperti KSM agar nilai-nilai budaya tidak tergantikan oleh pengaruh asing.
“Kalau kegiatan budaya tidak ada, maka akan ada ruang kosong yang diisi budaya lain. Kita harus jaga ini,” ujarnya.
Ia juga menyampaikan apresiasi kepada Wali Kota Batam atas perhatiannya terhadap seni dan budaya Melayu. “Semoga Batam terus menjadi bandar dunia yang Madani, penuh nilai dan peradaban,” katanya.
Selain pertunjukan seni, pengunjung juga dimanjakan dengan bazar kuliner tradisional khas Melayu yang menjadi daya tarik tersendiri. Berbagai menu lokal disajikan oleh komunitas budaya dan LAM Kota Batam sebagai bagian dari pengalaman budaya yang utuh.()