Israr Kepala BPPIKHL Sumatera : Indonesia Siaga El-Nino

Analisa dan Prediksi Enso Terkait fenomena EL-Nino di Indonesia Per 2018-2019(foto:Nila)
Keprinews.com, Batam – Penghujung tahun 2018 hingga 2019, Indonesia diprediksi akan menghadapi El-Nino. El-Nino adalah anomali iklim di Pasifik Selatan. Gejala ini terjadi antara pesisir barat Amerika Latin dan Asia Tenggara. Tetapi imbasnya bisa dirasakan ke seluruh penjuru dunia. Tak terkecuali Indonesia. Dampak El-Nino seringkali berujung pada bencana alam.

Kepala Balai Perubahan Iklim dan Kebakaran Hutan dan Lahan Wilayah Sumatera (BPPIKHL), Israr, mengatakan Indonesia juga akan mengalami dampak El-Nino. “Seperti fenomena iklim El-Nino pada tahun 2014, yang mengakibatkan ancaman kekeringan, gagal panen, dan kebakaran hutan,” kata Israr.

Hasil analisis International Research Institute for Climate and Society (IRI), Oktober 2018, kata Israr peluang El-Nino pada bulan Oktober 2018 sampai Mei 2019 berkisar 83 – 88% dan bulan Juni – Juli 2019 berkisar 67 – 73%.

Untuk peluang kondisi normal (netral) pada bulan Oktober 2018 sampai Mei 2019 berkisar 12 – 17% dan bulan Juni – Juli 2019 berkisar 26 – 30%. Sementara itu, menurut Israr peluang terjadinya La-Nina pada bulan Oktober 2018 sampai Mei 2019 berkisar 0% dan bulan Juni – Juli 2019 berkisar 1 – 3%. La-Nina adalah gangguan iklim akibat naiknya suhu permukaan Samudera Pasifik. Akibatnya adalah curah hujan di Samudera Pasifik terjadi lebih banyak, yang akhirnya menyebabkan banjir dan hujan lebat.

Oleh karena fenomena El Nino, Israr mengatakan, pemerintah melalui instansi terkait harus melakukan antisipasi sedini mungkin, seperti melakukan peringatan dini kepada masyarakat agar masyarakat bisa melakukan persiapan di segala sektor. Sementara itu, untuk mengantisapsi gagal panen, menurut Israr para petani bisa menyesuaikan masa tanam, agar terhindar dari gagal panen dan krisis pangan. (Nila)

Subscribe to receive free email updates:

DUKUNGAN TERHADAP PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA Proklamasi kemerdekaan Indonesia merupakan puncak dari semua perjuangan bangsa Indonesia. Proklamasi kemerdekaan mendapatkan sambutan yang luar biasa dan dukungan yang spontan dari segenap penjuru tanah air. Dinding-dinding rumah dan bangunan, pagar-pagar tembok, gerbong-gerbong kereta api, dan apa saja, penuh dengan tulisan merah “MERDEKA ATAU MATI.” Juga tulisan “SEKALI MERDEKA TETAP MERDEKA.” Maklumat Pemerintah tanggal 31 Agustus 1945 telah menetapkan Pekik Perjuangan “MERDEKA”sebagai salam nasional yang berlaku mulai tanggal 1 September 1945. Caranya dengan mengangkat tangan setinggi bahu, telapak tangan menghadap ke muka, dan bersamaan dengan itu memekikkan “Merdeka”. Pekik “Merdeka” menggema di mana-mana di seluruh wilayah Indonesia.KEPRINEWS.COM-MEDIA AKTUAL DAN TERPERCAYA