Kevin/Marcus Gagal Ke Semifinal Bulu Tangkis Kejuaraan Dunia

GANDA putra terbaik Indonesia Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo gagal melaju ke babak semifinal Kejuaraan Dunia.
Pasangan nomor satu dunia itu, Jumat (3/8), menyerah dari ganda Jepang Takeshi Kamura/Keigo Sonoda 21-19 dan 21-18.
Kekalahan Marcus/Kevin ini membuat rekor pertemuan mereka melawan ganda Jepang itu menjadi sama kuat 4-4.
Di babak semifinal, Kamura/Sonoda akan berhadapan dengan pemenang laga antara ganda Jepang Takuto Inoue/Yuki Kaneko dan pasangan Taiwan Chen Hing Ling/Wang Chi-Lin. (OL-2)
"Ya di set pertama kami unggul 20-19, tapi kami kehilangan game [point] karena service. Kami menerima keputusan tersebut. Di set kedua, kami sudah ketinggalan tapi terus berusaha juga untuk membalikkan keadaan sampai akhirnya bisa [menang]," kata Kevin usai pertandingan kepada para awak media dalam konferensi pers.

"Set ketiga kami sudah unggul jauh, tapi ada kejadian itu ya. Lucu sih, dari awal memang wasitnya seperti rasis gitu lho. [Misalnya] Sinyo tidak banting raket, dibilang banting raket," ucapnya menambahkan.
Kevin mengatakan ia fokus poin demi poin saat ketinggalan jauh pada gim kedua. Bila pada akhirnya mereka kalah dari Denmark, Kevin mengaku bakal menerima kekalahan tersebut, tentunya dengan proses yang adil.

"Mendatang kami harus siap lawan siapapun. Siap mental dan segalanya agar bisa memberikan yang terbaik untuk Indonesia," ujar Kevin.

Marcus Juga Kecewa

Senada dengan Kevin, Marcus juga menilai wasit tidak berlaku adil. Ia juga keberatan lantaran seluruh wasit yang bertindak dalam pertandingan ini adalah wasit asing.

"Yang main [Denmark] itu bule, masa wasitnya bule? Service judge-nya bule, padahal mainnya di Indonesia? Kalau main di Denmark, mungkin semua wasitnya bule semua karena mainnya di sana," ujar Marcus.

"Ini di Indonesia, masukkan kek satu wasit Asia. Lalu referee-nya marahin kami karena mainnya tidak baik. Dan wasitnya ingin kasih kami kartu hitam, lha? Masa mau memberikan kami kartu hitam ketika kami sudah menang?" katanya melanjutkan.

Marcus menilai Conrad-Petersen/Kolding yang lebih pantas mendapat kartu hitam. Ia pun tidak tahu alasan wasit ingin memberikan kartu hitam pada Kevin/Marcus.
Lebih lanjut, Marcus juga berkomentar tentang wasit yang sering memberikan pelanggaran kepada Indonesia karena dianggap salah servis. Menurut dia, hal itu tidak masuk akal.

"Saya tinggi 168 sentimeter, dia [Conrad-Petersen] hampir 2 meter. Perbedaan tinggi saja sudah besar, bagaimana saya bisa foul tapi dia tidak? Kan aneh."

"Kalau ada alatnya [pengukur servis], masuk akal. Saya saja kecil begini. Masa raket dia bisa lebih rendah dari saya? Mungkin tidak? Buktinya mana foul?" ungkapnya.

Selain itu, Marcus juga menilai wasit berlaku tidak sopan usai pertandingan. Ia mengaku diteriaki wasit yang ia tidak sebutkan namanya.

"Kalau bicaranya baik-baik atau polite (sopan) begitu tidak apa-apa. Ini kan rumah kami, masa begitu?" tutur Marcus.

Marcus ingin agar wasit yang memimpin pertandingan diseleksi terlebih dahulu dengan lebih baik. 
sumber:cnn

Subscribe to receive free email updates:

DUKUNGAN TERHADAP PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA Proklamasi kemerdekaan Indonesia merupakan puncak dari semua perjuangan bangsa Indonesia. Proklamasi kemerdekaan mendapatkan sambutan yang luar biasa dan dukungan yang spontan dari segenap penjuru tanah air. Dinding-dinding rumah dan bangunan, pagar-pagar tembok, gerbong-gerbong kereta api, dan apa saja, penuh dengan tulisan merah “MERDEKA ATAU MATI.” Juga tulisan “SEKALI MERDEKA TETAP MERDEKA.” Maklumat Pemerintah tanggal 31 Agustus 1945 telah menetapkan Pekik Perjuangan “MERDEKA”sebagai salam nasional yang berlaku mulai tanggal 1 September 1945. Caranya dengan mengangkat tangan setinggi bahu, telapak tangan menghadap ke muka, dan bersamaan dengan itu memekikkan “Merdeka”. Pekik “Merdeka” menggema di mana-mana di seluruh wilayah Indonesia.KEPRINEWS.COM-MEDIA AKTUAL DAN TERPERCAYA