Ketua Umum Gerindra Meninggal Dunia

Kepri News - Jakarta, Ketua Umum Gerindra Meninggal Dunia - Ketua Umum DPP Partai Gerindra Suhardi meninggal dunia, Kamis (28/8/2014), pukul 21.40 WIB. Demikian informasi yang diterima Kompas.com dari Ketua Media Centre Gerindra Budi Purnomo Karjodihardjo. Suhardi meninggal dunia karena penyakit kanker paru-paru yang dideritanya.
"Innalillahi wa inna ilaihi rajiun. Telah meninggal dunia Ketua Umum Partai Gerindra Prof Dr Ir Suhardi, MSc pada hari Kamis 28 Agustus 2014 pukul 21.40 WIB. Semoga amal ibadah Almarhum diterima Allah SWT. Amin," demikian bunyi pesan singkat yang dikirimkan Budi.
Pesan yang sama juga dikirimkan Sekjen DPP Partai Persatuan Pembangunan Romahurmuziy. Sebagai informasi, Suhardi dikabarkan dalam kondisi kritis karena kanker paru-paru sejak dua hari lalu di RSPP. Sejumlah tokoh sudah menjenguk Suhardi sepanjang Selasa (26/8/2014) malam, tak terkecuali Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto dan para petinggi partai politik.

Suhardi kemarin sempat dinyatakan membaik dan mampu berkomunikasi. Selain itu, alat bantu pernapasannya pun sudah dicabut. Kondisi Suhardi memang sudah memburuk sejak bulan lalu.

Biografi Almarhum Ketua Umum Partai Gerindra

Prof Dr Ir Suhardi, MSc Lahir pada 13 Agustus 1952, Suhardi menjalani masa kecil di Klaten, Jawa Tengah. Lulus dua kali dari dua sekolah kejuruan, STM Geologi Pertambangan dan STM Pertanian Delanggu, Suhardi adalah alumnus Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada.

Gelar master dan doktor, keduanya di bidang kehutanan, didapat Suhardi dari University of the Philippines Los Banos, Filipina. Menjalani karier sebagai akademisi di UGM, Suhardi antara lain pernah menjadi Dekan Fakultas Kehutanan di almamaternya itu, pada periode 2000-2001.
Ketua Umum Gerindra Meninggal Dunia
Ketua Umum Partai Gerindra, Suhardi. Lelaki kelahiran 13 Agustus 1952 ini meninggal di Rumah Sakit Pusat Pertamina, Jakarta Selatan, Kamis (28/8/2014) malam, karena kanker paru-paru

Suhardi mulai masuk ke lingkungan birokrasi pada 2001, dengan menempati jabatan sebagai Direktur Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial, Departemen Kehutanan dan Perkebunan. Departemen ini telah berganti nama menjadi Kementerian Kehutanan.

Berdasarkan laman resminya sebagai Ketua Umum Partai Gerindra, Suhardi hingga saat terakhirnya masih menjadi anggota kelompok kerja ahli untuk Dewan Ketahanan Pangan Pusat, di Kementerian Pertanian. Jabatan serupa dia emban pula untuk kawasan regional, di Yogyakarta.

Selain itu, Suhardi masih tercatat menjadi Ketua Lembaga Masyarakat Peduli Hutan, Kebun, dan Pangan. Dia juga adalah Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Yogyakarta. Pada 2004, Suhardi pernah pula menjadi Ketua Perhimpunan Bambu Indonesia (Perbindo) Yogyakarta.

Suhardi sempat mendapat julukan sebagai "Profesor Tela", karena kepakarannya soal ketela. penghargaan soal keahliannya ini dia dapatkan di tingkat nasional pada 1999, berupa Pelopor Pemanfaatan Ketela, dari Menteri Pariwisata.

Di tingkat internasional, kepakarannya di bidang ketela ini diakui lewat SFRT SEARCA Award for Optimization of Casuarina Equisetifolia sp for Food Security. Penghargaan tersebut dia dapatkan pada 2007.

Riset Suhardi soal ketela mendapati bahwa kadar kalsium umbi ini jauh melebihi beras yang sekarang merupakan makanan pokok orang Indonesia. Dia pun menyebutkan, orang-orang Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, yang suka mengonsumsi ketela, cenderung berumur lebih panjang, dengan punggung yang rata-rata lebih kekar pula.

Bagi kolega dan keluarganya, Suhardi dikenal sebagai sosok yang disiplin dan menjaga kesehatan. Dia juga bukan perokok. Karenanya, mereka terkejut ketika Suhardi divonis menderita kanker paru-paru stadium tinggi dan harus mulai menjalani perawatan sejak pertengahan tahun ini.

Subscribe to receive free email updates:

DUKUNGAN TERHADAP PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA Proklamasi kemerdekaan Indonesia merupakan puncak dari semua perjuangan bangsa Indonesia. Proklamasi kemerdekaan mendapatkan sambutan yang luar biasa dan dukungan yang spontan dari segenap penjuru tanah air. Dinding-dinding rumah dan bangunan, pagar-pagar tembok, gerbong-gerbong kereta api, dan apa saja, penuh dengan tulisan merah “MERDEKA ATAU MATI.” Juga tulisan “SEKALI MERDEKA TETAP MERDEKA.” Maklumat Pemerintah tanggal 31 Agustus 1945 telah menetapkan Pekik Perjuangan “MERDEKA”sebagai salam nasional yang berlaku mulai tanggal 1 September 1945. Caranya dengan mengangkat tangan setinggi bahu, telapak tangan menghadap ke muka, dan bersamaan dengan itu memekikkan “Merdeka”. Pekik “Merdeka” menggema di mana-mana di seluruh wilayah Indonesia.KEPRINEWS.COM-MEDIA AKTUAL DAN TERPERCAYA